Jumat, 23 November 2018

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI PADA UNGGAS PULLORUM (BERAK KAPUR)


TUGAS INDIVIDU
ILMU KESEHATAN TERNAK B2 GENAP



PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI PADA UNGGAS
PULLORUM (BERAK KAPUR)




OLEH





NAMA                                    : INDRIANI DEWI
NIM                                        : I111 16 316
KELAS                                   : B2 GENAP
KELOMPOK                         : II (DUA)
DOSEN PENGAJAR                        : Drh. Farida Nur Yulianti, Msi












FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penyebaran penyakit pullorum pada unggas, terutama pada ayam komersial terjadi di Amerika Serikat dan Inggris dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Kemudian tercatat di Australia pada tahun 1921. Usaha pencegahannya telah dilakukan di Amerika melalui suatu program yang dinamakan the National Poultry Improvement Plan (NPIP) dan berhasil mengurangi kejadiannya pada kelompok unggas komersial. Biaya yang cukup mahal dikeluarkan dengan melakukan uji tes pada usaha pembibitan untuk memastikan bahwa unggas yang dihasilkan benar-benar bebas dari infeksi. Kejadian pullorum di Indonesia juga sudah dapat diatasi sejak lama, menyusul adanya kebijakan yang mengharuskan breeder untuk mengeluarkan bibit hewan dengan syarat bebas pullorum ( Sari, 2004).
Penyakit pullorum adalah penyakit bakteri septikemik (Septicaemic bacterial diseases) yang umumnya terjadi pada ayam dan kalkun, disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Pertama kali ditemukan oleh Rettger pada tahun 1899 dan pada tahun 1929 dikenal dengan nama bacillary white diarrheadi Australia sesuai dengan tanda klinis yang ada pada penyakit ini yaitu diare berwarna putih. Penyakit pullorum merupakan penyakit unggas yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella pullorum. Penyakit pullorum dapat menyebabkan kematian jika menyerang unggas muda pada umur 3 minggu atau kurang dengan tingkat mortalitas antara 20–80%.
S. pullorum adalah bakteri Gram negatif yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh unggas (immuno-suppression) dan dapat menyebabkan kematian ayam pedaging sampai 80-100%. Gejala klinis infeksi S. pullorum pada unggas ditandai dengan adanya ekskreta yang bewarna putih (berak kapur), dehidrasi dan unggas terlihat lemas. Penyakit ini juga sangat merugikan peternak ayam petelur karena dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan kematian. Telur yang dihasilkan dapat terkontaminasi dan menjadi media transmisi bagi bakteri patogen ini (Damayanti, 2009).

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ilmu kesehatan ternak yaitu jenis penyakit unggas yang disebabkan oleh bakteri.
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ilmu kesehatan ternak ini yaitu untuk menegetahui penyakit pada unggas yang disebabkan oleh bakteri khususnya penyakit pullorum, penyebab penyakit dan cara pencegahan dan pengobatannya.























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penyakit Pullorum
Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dariinduk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan seringmenyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian padaumur 2-3 minggu setelah menetas. Ayam akan terlihat mengantuk, lemah, nafsumakan hilang dan ayam terlihat bergerombol di suatu tempat.Ayam mengeluarkan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta)dan terkadang menempel pada dubur ayam. Pada perubahan bedah bangkai akanterlihat hati berwarna kuning dan keras karena pembengkakan. Pada saluran pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung usus,red) dan otot ventrikulus serta sekum atau usus buntu penuh dengan massaberbentuk keju. Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggasterutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yangbersifat carrier.
Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. Penyakit ini dikenal juga dengan nama bacillary white diarrhea, white diarrhea atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorumdan Salmonella gallinarum digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian,para ahli di negara-negara amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai fowl typhoid. Penyakit ini juga ada di Indonesia, penyakit ini dapat ditularkan secara kongenital (melalui telur). Nama lain penyakit ini ialah diare putih anak ayam, Pulorum Seuche atau tifus ayam.Kerugian ekonomik akibat penyakit pulorum terutama bersifat tidak langsung sehubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium pada breeder untuk memastikan bahwa breeder bebasterhadap infeksi Salmonella. Kadang-kadang terjadi infeksi saluran pencernaanpada manusia akibat mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh Salmonella pullorum dalam jumlah yang besar.
Kejadian Penyakit Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda. Berbagai spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua kelompok umur, tetapi kerugian yang terbesar hanya ditemukan pada anak ayam yang berumur <4 minggu. Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas. Di indonesia, pengendalian penyakit pulorum juga diatur oleh pemerintah dengan melakukan uji serogik pada semua parent stock yang dipelihara dibreeding farm. Sejauh ini kejadian penyakit tersebut ditingkan breeder tergolong sangat jarang. Pada peternakan komersial dan produk asal unggas (daging dan telur) belum banyak dilakukan evaluasi laboratorium untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi penyakit pulorum. Pada kondisi lapangan, diagnosis penyakit tersebut sulit dilakukan dengan pemeriksaan pasca mati sehingga laporan tentang kejadian dan penyebaran penyakit pulorum di Indonesia tidak dapat diperoleh secara pasti. Meskipun demikian, dari sejumlah penelitian yangdilakukan, penyakit ini telah tersebar diberbagai peternakan ayam di Indonesia walaupun frekuensi kejadiannya masih tergolongan rendah.
B.     Tanda Klinis Penyakit Pullorum
Beberapa tanda klinis dari unggas yang terserang penyakit Pullorum adalah depresi, somnolence, anoreksia, tampak sering berkumpul bersama, sayapnya jatuh, dehidrasi, sulit bernapas, diare, bulu terbalik, lemah dan feses banyak yang melekat disekitar anus. Dalam beberapa kondisi tanda klinis penyakit ini tidak terlihat pada umur 5 – 10 hari setelah menetas. Mortalias tertinggi biasanya terjadi pada umur 2 – 3 minggu. Daya tahan tubuhnya akan semakin berkurang dan mengurangi bobot badan serta bulu nampak tumbuh dengan jarang. Disamping itu unggas akan tidak siap dewasa untuk berproduksi. Tanda lainnya seperti kebutaan, pembengkakan tibiotarsal joint, humerus, arkuliasi radial dan arikulsi ulna.
Pada ayam dewasa dan ayam yang sedang dalam pertumbuhan, tanda klinis mungkin tidak nampak sama. Tanda klinis yang nonspesifik seperti berkurangnya konsumsi, jengger menyusut, menurunnya produksi telur, fertilitas dan daya tetas. Kematian dapat terjadi dalam 4 hari tapi biasanya terjadi setelah 5 – 10 hari. Peningkatan suhu tubuh , serta tanda klinis lainnya yang menonjol yaitu anoreksia, diare, depresi, dehidrasi dan hilangnya bobot badan.
C.    Cara Penularan Penyakit Pullorum
Secara umum cara penularan penyakit ini melalui beberapa cara yaitu:
1. Feco-oral route
2. Horizontal : sakit menular ke ayam yang peka
3. Vertikal : melalui telur yg infektif
4. Perinhalasi melalui debu infektif pada mesin dan tetas
5. Karier (3-4 bln) dan infeksi menjadi ancaman
6. Predileksi pada ovarium
Secara kongenital/vertikal melalui induk ke anak saat telur di ovarium, oviduk atau kloaka. Secara horisontal melalui oral, melalui pakan, air minum danlitter yg terkontaminasi dengan udara dengan melalui debu, bulu-bulu, anak ayamdan pecahan cangkang. Patogenesis dari penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Bakteri masuk secara oral berinteraksi dengan sel epitel dan sel mikro padasaluran pencernaan dan berkolonisasi kemudian menetrasi mukosa epitel usushalus sehingga terjadi kemotaksis heterofil dan magrofag dan terjadi peradaangan.
2. Invasi bakteri di luar saluran pencernaan selanjutnya berkembang biak dalamsistem retikuloendotil (hati,limpa)
3. Bakterimia
Meskipun ayam merupakan hospes alami Salmonela pullorum, kalkun juga merupakan hospes yang penting. Sehubungan dengan tingkat adaptasi yang tinggi dari bakteri tersebut pada ayam dan dengan derajat adaptasi yang lebihrendah pada kalkun, maka patogenisitas Salmonela pullorum pada hospes yanglain akan sangat terbatas. Pada ayam dan kalkun, infeksi bakteri tersebut biasanyaberlangsung lama. Infeksi pulorum pada spesies unggas lainnya bersifat rendah dan tidak penting untuk jangka waktu yang panjang. Ayam yang tergolong tipe ringan relatif lebih resisten terhadap pulorum dibandingkan dengan ayam tipe berat. Jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh tinggi, terutama pada umur sekitar satu minggu relatif lebih tahan terhadap tangtangan Salmonela pullorum dibandingkan dengan jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh rendah.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa persentase ayam betina yang memberikan reaksi positif terhadap uji pulorum lebih tinggi dibandingkan dengan ayam jantan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya infeksi lokal pada folikel ovarium. Mortalitas akibat pulorum biasanya ditemukan pada ayam umur 2-3 minggu. beberapa ahli melaporkan bahwa resistensi terhdap pulorum meningkat dengan cepat selama 5-10 hari pertama sejalan dengan peningkatan jumlah limfosit dan temperatur tubuh. Kadang-kadang ditemukan adanya infeksi akut pada ayam dewasa, terutama petelur cokelat. Sejumlah ayam dan kalkun yang dapat bertahan terhadap infeksi pulorum dengan/tanpa adanya lesi tertentu. Infeksi alami pada hewan lain merupakan akibat dari kontak langsung atau tidak langsung dengan ayam sakit. Jenis burung yang dapat terinfeksi secara alami adalah itik, ayam mutiara, burung merak, burung puyuh, burung gereja, burung kenari, kutilang dan sejenis burung kaka tua. Jenis mamalia yang dapat terinfeksisecara alami ataupun buatan adalah simpanse, kelinci, marmot, chinchilla, babi, anak kucing, sering, anjing, mink, anak sapi dan tikus liar.
Walaupun hospes dari Salmonela pullorum sangat luas, namun karena pulorum hampir dapat ditanggulangi secara baik, maka diperkirakan unggas lain dan mamalia hanya memainkan peranan yang kecil dalam epidemiologi penyakit tersebut. Kadang-kadang dapat ditemukan adanya Salmonelosis akibat Salmonela pullorum padamanusia yang berhubungan dengan makanan. Telur tetas yang terinfeksi oleh bakteri Salmonela pullorum mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit ini. Sekitar dari telur yang berasal dari ayam yang terinfeksi penyakit tersebut mengandung Salmonela pullorum, terutama oleh karena adanya pencemaran ovum selama proses ovulasi. Meskipun bakteri tersebut dapat menembus kerabang telur setelah telur keluar dari ayam, rute infeksi tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. Penularan penyakit yang terjadi selama periode penetasan dari anak ayamyang terinfeksi kepada anak ayam yang tidak terinfeksi dapat mengakibatkan penyebaran penyakit yang ekstensif yang hanya dapat ditanggulangi dengan carafumigasi pada inkubator.

D.    Cara Pencegahan Penyakit Pullorum
Penyakit pullorum sedikit nyata pengaruhnya terhadap kesehatan umum, beberapa laporan menujukkan adanya penyakit pulorum pada manusia akibat konsumsi makanan yang mengandung S pullorum. Gejalanya dikarakterisasikan dengan cepatnya serangan enteritis akut diikuti dengan kesembuhan yang cepat tanpa pengobatan. Pencegahan dan pengawasan yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan prosedur manajemen, penguranagn hewan carrier, uji serologis dan vaksinasi. Prosedur manajemen yang dilakukan untuk mengurangi kejadi pullorum sebagai berikut :
1.      Ayam yang dihasilkan dari sumber yang bebas dari pullorum
2.      Tidak ada pencampuran kelompok unggas yang bebas pullorum dengan kelompok unggas yang dinyatakan bebas fowl typoid.
3.      Sanitasi kandang dan lingkungan
4.      Menggunakan pakan berbentuk pellet atau crumble untuk mengurangi infeksi salmonella dalam pakan
5.      Menggunakan program biosecurity untuk meminimalkan masuknya salmonella dari luar seperti : burung liar, tikus, kelinci, anjing, dan kucing. Pengontrolan serangga, menggunakan air minum portable, menggunakan footwear dan pakaian yang selalu distrerilisasi sat masuk kandang, perlengkapan, truk prosesing dan perlatan lain juga harus disterilkan dari infeksi salmonella.
E.     Cara Pengobatan Penyakit Pullorum
Pengobatan tidak direkomendasikan, akan tetapi untuk mengurangi pengaruhnya maka saat ini sudah dilakukan pengobatan-pengobatan yang efektif yaitu obat propilactic dan teurapetic. Sulfonamid termasuk sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole, sulfamethazine dan silfaquionoxalin. Dosis untuk sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole maksimum diberikan 0,75% dari pakan tepung starter digunakan 5-10 hari setelah hewan masuk. Pada 5 hari pertma juga biasa diberikan sulfamerazine sebanyak 0,5%, dan sulfaquinoxaline digunakan 0,1% dalam pakan yang dapat digunakan untuk 2-3 hari.
Tetapi pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan suntikan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. pengobatan juga dapat dilakuakan dengan cara memberikan preparat sulfonamide. Obat furazolidone dalam dosis 0,04% selama 10-14 hari memiliki efektifitas yang tinggi dalam mencegah kematian anak ayam. Dan beberapa antibiotik lainnya yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi pullorum.







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayamdewasa. Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. Pencegahan yang sebaiknya dapat dilakukan adalah ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara secara terpisah dari unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti bebas pulorum. Menjaga kebersihan atau hygene ditempat unggas yang dipelihara dan memberikan vaksin yang baik kepada unggas.















DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Salmonella Pullorum, Pullorum Disease,’Bacillary WhiteDiarrhoea’ (online) http://www.thepoultrysite.com/diseaseinfo/131/salmonella-pullorum-pullorum-disease-bacillary-white-diarrhoea.
Damayanti, E. Ahmad, S. Hardi, J dan Tri, U. 2009. Pemanfaatan tepung cacing tanah (lumbricus rubellus) sebagai agensia anti-pullorum dalam imbuhan pakan ayam broiler. JITV. Vol 14(2) : 83-89.
Sari, M. L. 2004. Pullorum dan permasalahnannya. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tabbu, Charles. 2000. Penyakit ayam dan penanggulangannya (online) books.google.com/books?isbn=9796727986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar