TUGAS INDIVIDU
ILMU KESEHATAN TERNAK B2
GENAP
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI PADA UNGGAS
PULLORUM (BERAK KAPUR)
OLEH
NAMA : INDRIANI
DEWI
NIM : I111 16
316
KELAS : B2 GENAP
KELOMPOK : II (DUA)
DOSEN PENGAJAR : Drh. Farida Nur
Yulianti, Msi
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyebaran penyakit pullorum pada unggas, terutama pada ayam komersial
terjadi di Amerika Serikat dan Inggris dengan
tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Kemudian tercatat di Australia pada tahun
1921. Usaha pencegahannya telah dilakukan di Amerika melalui suatu program yang
dinamakan the National Poultry Improvement Plan (NPIP) dan berhasil mengurangi
kejadiannya pada kelompok unggas komersial. Biaya yang cukup mahal dikeluarkan
dengan melakukan uji tes pada usaha pembibitan untuk memastikan bahwa unggas
yang dihasilkan benar-benar bebas dari infeksi. Kejadian pullorum di Indonesia juga sudah dapat
diatasi sejak lama, menyusul adanya kebijakan yang mengharuskan breeder untuk
mengeluarkan bibit hewan dengan syarat bebas pullorum ( Sari,
2004).
Penyakit pullorum adalah penyakit bakteri septikemik (Septicaemic bacterial diseases) yang
umumnya terjadi pada ayam dan kalkun, disebabkan oleh bakteri
Salmonella pullorum. Pertama kali ditemukan oleh Rettger
pada tahun 1899 dan pada tahun 1929 dikenal dengan nama bacillary white
diarrheadi Australia sesuai dengan tanda klinis yang ada pada penyakit ini
yaitu diare berwarna putih. Penyakit pullorum merupakan penyakit
unggas yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella pullorum. Penyakit
pullorum dapat menyebabkan kematian jika menyerang unggas muda pada umur 3
minggu atau kurang dengan tingkat mortalitas antara
20–80%.
S. pullorum adalah bakteri Gram negatif yang dapat menekan sistem
kekebalan tubuh unggas (immuno-suppression) dan dapat menyebabkan kematian ayam
pedaging sampai 80-100%.
Gejala klinis infeksi S. pullorum pada unggas ditandai dengan adanya ekskreta yang bewarna putih (berak
kapur), dehidrasi dan unggas terlihat lemas. Penyakit ini juga sangat merugikan
peternak ayam petelur karena dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan
kematian. Telur yang dihasilkan dapat terkontaminasi dan menjadi media transmisi
bagi bakteri patogen ini (Damayanti, 2009).
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan
makalah ilmu kesehatan ternak yaitu jenis penyakit unggas yang disebabkan oleh
bakteri.
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ilmu kesehatan ternak ini yaitu untuk menegetahui penyakit pada unggas yang
disebabkan oleh bakteri khususnya penyakit pullorum, penyebab penyakit dan cara
pencegahan dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyakit
Pullorum
Pullorum
disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dariinduk
melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan seringmenyerang
pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian padaumur 2-3 minggu
setelah menetas. Ayam akan terlihat mengantuk, lemah, nafsumakan hilang dan
ayam terlihat bergerombol di suatu tempat.Ayam mengeluarkan kotoran berwarna
putih menyerupai kapur (pasta)dan terkadang menempel pada dubur ayam. Pada
perubahan bedah bangkai akanterlihat hati berwarna kuning dan keras karena
pembengkakan. Pada saluran pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada
mesenterium (penggantung usus,red) dan otot ventrikulus serta sekum atau usus
buntu penuh dengan massaberbentuk keju. Penyakit pulorum merupakan suatu
penyakit infeksius pada unggasterutama anak ayam dan anak kalkun, yang
ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala
asimptomatik pada ayam dewasa yangbersifat carrier.
Penyakit pulorum
biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih
sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. Penyakit ini dikenal juga
dengan nama bacillary white diarrhea, white diarrhea atau berak kapur. Pada
berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorumdan Salmonella gallinarum
digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian,para ahli di negara-negara
amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella pullorum sebagai penyebab
penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai fowl typhoid. Penyakit ini
juga ada di Indonesia, penyakit ini dapat ditularkan secara kongenital (melalui
telur). Nama lain penyakit ini ialah diare putih anak ayam, Pulorum Seuche atau
tifus ayam.Kerugian ekonomik akibat penyakit pulorum terutama bersifat tidak
langsung sehubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium pada breeder untuk memastikan bahwa breeder
bebasterhadap infeksi Salmonella. Kadang-kadang terjadi infeksi saluran
pencernaanpada manusia akibat mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh
Salmonella pullorum dalam jumlah yang besar.
Kejadian Penyakit Penyakit pulorum
terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda. Berbagai spesies unggas dapat
terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai peranan yang penting
dalam penularan penyakit pulorum. Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua
kelompok umur, tetapi kerugian yang terbesar hanya ditemukan pada anak ayam
yang berumur <4 minggu. Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara
di dunia, pada daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis
erat hubungannya dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu.
Usaha tersebut telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara
dengan sangat minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk
asal unggas. Di indonesia, pengendalian penyakit pulorum juga diatur oleh
pemerintah dengan melakukan uji serogik pada semua parent stock yang dipelihara
dibreeding farm. Sejauh ini kejadian penyakit tersebut ditingkan breeder
tergolong sangat jarang. Pada peternakan komersial dan produk asal unggas
(daging dan telur) belum banyak dilakukan evaluasi laboratorium untuk
mengetahui kemungkinan adanya infeksi penyakit pulorum. Pada kondisi lapangan,
diagnosis penyakit tersebut sulit dilakukan dengan pemeriksaan pasca mati
sehingga laporan tentang kejadian dan penyebaran penyakit pulorum di Indonesia
tidak dapat diperoleh secara pasti. Meskipun demikian, dari sejumlah penelitian
yangdilakukan, penyakit ini telah tersebar diberbagai peternakan ayam di
Indonesia walaupun frekuensi kejadiannya masih tergolongan rendah.
B.
Tanda
Klinis Penyakit Pullorum
Beberapa tanda klinis dari unggas
yang terserang penyakit Pullorum adalah
depresi, somnolence, anoreksia, tampak sering berkumpul bersama, sayapnya
jatuh, dehidrasi, sulit bernapas, diare, bulu terbalik, lemah dan feses banyak
yang melekat disekitar anus. Dalam beberapa
kondisi tanda klinis penyakit ini tidak terlihat pada umur 5 – 10 hari setelah
menetas. Mortalias tertinggi biasanya terjadi pada umur 2 – 3 minggu. Daya
tahan tubuhnya akan semakin berkurang dan mengurangi bobot badan serta bulu
nampak tumbuh dengan jarang. Disamping itu unggas akan tidak siap dewasa untuk
berproduksi. Tanda lainnya seperti kebutaan, pembengkakan tibiotarsal joint,
humerus, arkuliasi radial dan arikulsi ulna.
Pada ayam dewasa dan ayam yang sedang dalam pertumbuhan, tanda klinis mungkin tidak nampak sama. Tanda klinis yang
nonspesifik seperti berkurangnya konsumsi, jengger menyusut, menurunnya
produksi telur, fertilitas dan daya tetas. Kematian dapat terjadi dalam 4 hari tapi biasanya terjadi setelah 5 – 10
hari. Peningkatan suhu tubuh , serta tanda klinis lainnya yang menonjol yaitu
anoreksia, diare, depresi, dehidrasi dan hilangnya bobot badan.
C.
Cara
Penularan Penyakit Pullorum
Secara umum cara
penularan penyakit ini melalui beberapa cara yaitu:
1. Feco-oral
route
2. Horizontal :
sakit menular ke ayam yang peka
3. Vertikal :
melalui telur yg infektif
4. Perinhalasi
melalui debu infektif pada mesin dan tetas
5. Karier (3-4
bln) dan infeksi menjadi ancaman
6. Predileksi pada
ovarium
Secara
kongenital/vertikal melalui induk ke anak saat telur di ovarium, oviduk atau
kloaka. Secara horisontal melalui oral, melalui pakan, air minum danlitter yg
terkontaminasi dengan udara dengan melalui debu, bulu-bulu, anak ayamdan
pecahan cangkang. Patogenesis dari penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Bakteri masuk
secara oral berinteraksi dengan sel epitel dan sel mikro padasaluran pencernaan
dan berkolonisasi kemudian menetrasi mukosa epitel usushalus sehingga terjadi
kemotaksis heterofil dan magrofag dan terjadi peradaangan.
2. Invasi
bakteri di luar saluran pencernaan selanjutnya berkembang biak dalamsistem
retikuloendotil (hati,limpa)
3. Bakterimia
Meskipun ayam
merupakan hospes alami Salmonela pullorum, kalkun juga merupakan hospes yang
penting. Sehubungan dengan tingkat adaptasi yang tinggi dari bakteri tersebut
pada ayam dan dengan derajat adaptasi yang lebihrendah pada kalkun, maka
patogenisitas Salmonela pullorum pada hospes yanglain akan sangat terbatas.
Pada ayam dan kalkun, infeksi bakteri tersebut biasanyaberlangsung lama.
Infeksi pulorum pada spesies unggas lainnya bersifat rendah dan tidak penting
untuk jangka waktu yang panjang. Ayam yang tergolong tipe ringan relatif lebih
resisten terhadap pulorum dibandingkan dengan ayam tipe berat. Jenis ayam yang
mempunyai temperatur tubuh tinggi, terutama pada umur sekitar satu minggu
relatif lebih tahan terhadap tangtangan Salmonela pullorum dibandingkan dengan
jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh rendah.
Beberapa
peneliti melaporkan bahwa persentase ayam betina yang memberikan reaksi positif
terhadap uji pulorum lebih tinggi dibandingkan dengan ayam jantan. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena adanya infeksi lokal pada folikel ovarium. Mortalitas
akibat pulorum biasanya ditemukan pada ayam umur 2-3 minggu. beberapa ahli
melaporkan bahwa resistensi terhdap pulorum meningkat dengan cepat selama 5-10
hari pertama sejalan dengan peningkatan jumlah limfosit dan temperatur tubuh.
Kadang-kadang ditemukan adanya infeksi akut pada ayam dewasa, terutama petelur
cokelat. Sejumlah ayam dan kalkun yang dapat bertahan terhadap infeksi pulorum
dengan/tanpa adanya lesi tertentu. Infeksi alami pada hewan lain merupakan
akibat dari kontak langsung atau tidak langsung dengan ayam sakit. Jenis burung
yang dapat terinfeksi secara alami adalah itik, ayam mutiara, burung merak,
burung puyuh, burung gereja, burung kenari, kutilang dan sejenis burung kaka
tua. Jenis mamalia yang dapat terinfeksisecara alami ataupun buatan adalah
simpanse, kelinci, marmot, chinchilla, babi, anak kucing, sering, anjing, mink,
anak sapi dan tikus liar.
Walaupun hospes
dari Salmonela pullorum sangat luas, namun karena pulorum hampir dapat ditanggulangi
secara baik, maka diperkirakan unggas lain dan mamalia hanya memainkan peranan
yang kecil dalam epidemiologi penyakit tersebut. Kadang-kadang dapat ditemukan
adanya Salmonelosis akibat Salmonela pullorum padamanusia yang berhubungan
dengan makanan. Telur tetas yang terinfeksi oleh bakteri Salmonela pullorum mempunyai
peranan yang penting dalam penularan penyakit ini. Sekitar dari telur yang
berasal dari ayam yang terinfeksi penyakit tersebut mengandung Salmonela
pullorum, terutama oleh karena adanya pencemaran ovum selama proses ovulasi.
Meskipun bakteri tersebut dapat menembus kerabang telur setelah telur keluar
dari ayam, rute infeksi tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam
penularan penyakit pulorum. Penularan penyakit yang terjadi selama periode
penetasan dari anak ayamyang terinfeksi kepada anak ayam yang tidak terinfeksi
dapat mengakibatkan penyebaran penyakit yang ekstensif yang hanya dapat
ditanggulangi dengan carafumigasi pada inkubator.
D.
Cara
Pencegahan Penyakit Pullorum
Penyakit pullorum
sedikit
nyata pengaruhnya terhadap kesehatan umum, beberapa laporan menujukkan adanya
penyakit pulorum
pada manusia
akibat konsumsi makanan yang mengandung S pullorum. Gejalanya
dikarakterisasikan dengan cepatnya serangan enteritis akut diikuti dengan
kesembuhan yang cepat tanpa pengobatan. Pencegahan dan pengawasan yang biasa dilakukan adalah
dengan menggunakan prosedur manajemen,
penguranagn hewan carrier, uji serologis dan vaksinasi. Prosedur manajemen yang
dilakukan untuk mengurangi kejadi pullorum sebagai berikut :
1.
Ayam
yang
dihasilkan dari sumber yang bebas dari pullorum
2.
Tidak ada pencampuran kelompok unggas yang bebas
pullorum dengan kelompok unggas yang
dinyatakan bebas fowl typoid.
3.
Sanitasi kandang dan lingkungan
4.
Menggunakan pakan berbentuk pellet atau crumble untuk
mengurangi infeksi salmonella dalam pakan
5.
Menggunakan program biosecurity untuk meminimalkan masuknya salmonella
dari luar seperti : burung liar, tikus, kelinci, anjing, dan kucing.
Pengontrolan serangga, menggunakan air minum portable, menggunakan footwear dan pakaian yang selalu
distrerilisasi sat masuk kandang, perlengkapan, truk prosesing dan perlatan lain juga harus disterilkan dari
infeksi salmonella.
E.
Cara
Pengobatan Penyakit Pullorum
Pengobatan tidak direkomendasikan,
akan tetapi untuk mengurangi pengaruhnya maka saat ini sudah dilakukan pengobatan-pengobatan
yang efektif yaitu obat propilactic dan teurapetic. Sulfonamid termasuk
sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole, sulfamethazine dan
silfaquionoxalin. Dosis untuk sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole
maksimum diberikan 0,75% dari pakan tepung
starter digunakan 5-10 hari setelah hewan masuk. Pada 5 hari pertma juga biasa diberikan sulfamerazine sebanyak 0,5%, dan
sulfaquinoxaline digunakan 0,1% dalam pakan yang
dapat digunakan untuk 2-3 hari.
Tetapi
pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
memberikan suntikan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin,
tetra atau mycomas di dada ayam. pengobatan juga dapat dilakuakan dengan cara
memberikan preparat sulfonamide. Obat furazolidone dalam dosis 0,04% selama 10-14 hari memiliki efektifitas yang tinggi dalam mencegah kematian anak ayam. Dan beberapa antibiotik lainnya yang bisa
digunakan untuk mencegah infeksi pullorum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit pulorum
merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak
kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda
dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit
pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi
lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayamdewasa. Pullorum disebabkan
oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari induk melalui
telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada
anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu
setelah menetas. Pencegahan yang sebaiknya dapat dilakukan adalah ayam yang
bebas pulorum hendaknya dipelihara secara terpisah dari unggas lain atau burung
yang tidak diketahui secara pasti bebas pulorum. Menjaga kebersihan atau hygene
ditempat unggas yang dipelihara dan memberikan vaksin yang baik kepada unggas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Salmonella
Pullorum, Pullorum Disease,’Bacillary WhiteDiarrhoea’ (online) http://www.thepoultrysite.com/diseaseinfo/131/salmonella-pullorum-pullorum-disease-bacillary-white-diarrhoea.
Damayanti, E. Ahmad, S. Hardi, J dan Tri, U. 2009.
Pemanfaatan tepung cacing tanah (lumbricus rubellus) sebagai agensia
anti-pullorum dalam imbuhan pakan ayam broiler. JITV. Vol 14(2) : 83-89.
Sari, M. L. 2004. Pullorum dan permasalahnannya.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tabbu, Charles. 2000. Penyakit
ayam dan penanggulangannya (online) books.google.com/books?isbn=9796727986.